AllahSWT berfirman dalam QS. At-Tahrim ayat 8 yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketikaJAKARTA - Di kalangan para sufi, nama Ibrahim bin Adham tidaklah asing. Pemilik nama lengkap Ibrahim bin Adham bin Manshur al 'Ijli ini dikenal dengan kedalaman intuisi dan ilmu hikmah yang ia miliki. Kelebihan ini menempatkannya sebagai sosok yang disegani dan dan tumbuh dari keluarga bangsawan tak membuat sosok kelahiran Balkh ini dibutakan oleh harta. Justru, gemerlap dunia membuat hatinya kian dekat dengan Allah SWT. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan dunia dan berolah spiritual, lalu berbagi hikmah kepada sesama. Sebuah kisah menarik dinukilkan oleh Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam at-Tawwabin. Kisah tersebut menceritakan pertemuan tokoh yang lahir pada 100 H/718 M tersebut dengan seorang pendosa yang bernama Jahdar bin Rabiah. Seperti biasanya, Ibrahim bin Adham kerap didatangi oleh beragam orang dengan berbagai latar ketika itu, Jahdar dalam kondisi keterpurukan spiritual Jahdar pun memutuskan meminta petuah bijak kepada tokoh yang juga akrab disapa dengan panggilan Abu Ishaq al-Balkhi itu. Jahdar pun berkisah ihwal kondisinya. Ia berujar ingin berhenti dari segala maksiat yang ia lakukan selama ini. “Tolong berikan aku cara yang ampuh untuk menghentikannya,” pintanya kepada Abu Ishaq. Tak langsung mengiyakan, Ibrahim merenung sejenak. Ia meminta petunjuk Allah. Ia pun lantas mengabulkan permohonan Jahdar. Akan tetapi, solusi-solusi yang akan ia berikan penuh syarat, Jahdar tidak boleh menolak. Jahdar pun akhirnya menerima dengan senang hati. “Apa saja syarat-syarat itu?” katanya. Abu Ishaq mulai memaparkan, syarat yang pertama ialah jika hendak bermaksiat, janganlah sesekali memakan rezeki-Nya. Bagi Jahdar, syarat ini mustahil. Bagaimana mungkin bisa terpenuhi, sementara segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah anugerah-Nya.” Lalu, aku makan dari mana?” kilah Jahdar.“Tentu saja,” kata Ibrahim. “Jika tetap berbuat maksiat, pantaskah seseorang memakan rezeki-Nya?” Jahdar pun menyerah. “Syarat itu sangat masuk akal dan mengena di hatinya.” “Baiklah, apa syarat berikutnya?” katanya. Ibrahim mengungkapkan syarat yang kedua, yaitu jika bermaksiat maka jangan tinggal di bumi Allah. Syarat kedua ini membuat Jahdar terperangah. “Apa? Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu, aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?”“Jika demikian,” kata Ibrahim, “pikirkan matang-matang. Apakah pantas memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, sementara pada saat yang sama berani bermaksiat?” Untuk kali kedua, Jahdar menyerah dan membenarkan Abu Ishaq. “Lalu apa syarat ketiga?” ujarnya.“Syarat yang ketiga,” ungkap Ibrahim, “jika masih saja bermaksiat dan ingin memakan rezeki dan tinggal di bumi-Nya, carilah tempat tersembunyi yang tak tampak dari pengawasan-Nya.” “Wahai Abu Ishaq, nasihat macam apakah semua ini? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?” ketus Jahdar terkesima.“Tepat,” ujar Ibrahim. “Jika yakin Allah selalu mengawasi dan tetap saja memakan rezeki dan tinggal di bumi-Nya, tentu tidaklah pantas bermaksiat kepada-Nya. Pantaskah Anda melakukan semua itu?” tanya Ibrahim kepada Jahdar. Tak elak, syarat-syarat itu membuat Jahdar terpaku, terdiam seribu bahasa, dan menjadi pukulan telak baginya. Ia pun meminta syarat berikutnya. Ibrahim bertutur, “Jika malaikat kematian menjemputmu, mintalah kepadanya untuk menangguhkan sampai Anda berbuat dan beramal saleh.” Jahdar semakin tak berkutik. Ia termenung. Jawaban-jawaban tokoh yang wafat pada 782 M/165 H itu semakin logis dan rasional. “Mustahil semua itu aku lakukan,” seloroh Jahdar sembari meminta syarat terakhir. Ibrahim menjawab, “Bila Malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka pada hari kiamat, janganlah kau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!” Secara spontan, air mata Jahdar terurai. Ia menyesal dan memohon agar tidak mencukupkan nasihatnya itu. Ia pun berjanji tidak akan bermaksiat lagi mulai detik itu hingga seterusnya. “Sejak saat ini, aku bertobat nasuha kepada Allah,” tuturnya. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Spreadthe love Taubat Nasuha: Tata Cara Taubat Nasuha yang Benar Sesuai Sunnah LENGKAP (2020) Majelis ke-29 Taubat Nasuha Pemateri: Ustadz Afifi Abdul Wadud Bertaubatlah ! Kenapa harus bertaubat? Kan sedang melakukan ketaatan.. Ingatlah, bahwa setiap ibadah yang kita lakukan masih banyak kekurangannya. Dan dengan sebab taubatlah Bagi orang Islam tentu sudah tidak asing mendengar istilah “Taubat Nasuha” istilah tersebut pada umumnya mempunyai maksud taubat yang sebenar-benarnya dalam kata lain bukan taubat sambal, esok taubat malam kumat lagi. Munculnya istilah tauabat Nasuha dalam dogma dan sejarah Islam dilatar belakangi oleh kisah seorang pemuda bernama Nasuha yang hidup pada masa Nabi Muhamad. Sehingga dengan demikian apabila Nasuha ini mengimani Islam sebagai agamanya serta hidup dan menyaksikan Nabi Muhamad maka ia termasuk pada golongan sahabat. Sahabat Nasuha, pada mulanya merupakan seorang yang taraf kejahatannya boleh dibilang menjijihkan, bahkan saking menjijihkannya manakala ia hendak taubat dan mengakui segala kebejatannya di depan Nabi Muhamad ia justru diusir oleh Nabi. Kejahatan Sahabat Nasuha memang kala itu dianggap sebagai kejahatan yang aneh, menjijihkan dan yang jelas diluar nalar manusia nomal, tapi kelak pengusiran Nabi pada Sahabat Nasuha itu kemudian membawa ampunan baginya, sebab setelah peristiwa tersebut Nabi Muhamad didatangi Malaikat Jibril yang mewahyukan tentang ampunan Allah atas kejahatan yang dilakukan Nasuha. Nasuha merupakan pemuda Madinah yang berprofesi sebagai penggali Kubur, secara umum ia pemuda yang baik tidak pernah melakukan kejahatan pencurian, pembunuhan ataupun menyekutukan Allah, akan tetapi ia melakukan kejahatan yang diluar batas-batas manusia normal, sebab ia hobi memperkosa mayat-mayat gadis yang sebelumnya ia kuburkan. Tidak tanggung-tanggung mayat gadis-gadis yang sudah diperkosanya berjumlah 99 orang, manakala ia hendak memperkosa mayat gadis yang ke 100 kalinya, rupanya hidayah Allah menghampirinya, sebab mayat gadis yang hendak ia perkosa itu rupanya berbicara dan memperingatkan Nasuha tentang hukuman Allah bagi orang-orang yang melakukan kejahatan itu. Sontak saja peristiwa itu membuat Nasuha lari tunggang langgang, melalui peristiwa itu, ia menysali segala perbuatannya, ia menangis tak henti-hentinya, hingga ia kemudian meminta ampunan Allah dengan cara menemui Nabi Muhamad, namun selepas ia menemui Nabi dan mengakui segala perbuatan bejatnya ia justru diusir Nabi. Pengusiran yang dilakukan Nabi padanya tidak menghalanginya untuk bertaubat, ia pun melarikan diri ke padang pasir sambil terus-terusan menangis dan bersujud mengharap ampunan Allah. Selepas peristiwa pengusiran itu, Nabi ditegur oleh Allah melalui kedatangan Malaikat Jibril yang mengabarkan ampunan Allah turun bagi Nasuha, maka selepas peristiwa itu Nabi mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa Nasuha telah diampuni taubatnya dan sekaligus mengabarkan bahwa Nasuha merupakan salah satu penghuni surga. Namun baru saja Nasuha dihadapkan kepada Nabi untuk yang kedua kalinya ternyata ia wafat. Kisah mengenai pemuda pemerkosa mayat, yang melatar belakangi munculnya istilah “Taubatan Nasuha” ini dikisahkan dalam beberapa kitab hadist, salah satunya adalah Kitab Riyadhu Shalihin pada bab taubat. Berikut ini adalah petikan terjamah dari hadist dalam kitab Riyadhu Shalihin yang menceritakan taubatnya Nasuha; Suatu hari Umar RA datang menemui Rasulullah dengan menangis. Rasulullah pun brtanya kepdanya, "Apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis, wahai Umar?" Kata Umar, "Sungguh hati saya merasa tersentuh oleh ratapan sorang pemuda yang ada dipintu rumah tuan!" Rasulullah pun memerintahkan Umar untuk membawa pemuda itu". Ketika pemuda itu telah sampai dihadapan Rasulullah, beliaupun bertanya kepadanya, "Wahai Pemuda, apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis dan meratap?" Pemuda itu menjawab , "Wahai Rasulullah, yang membuat saya menangis ialah banyaknya dosa yang terlanjur saya lakukan ! Saya takut bila Allah murka kepada saya!" Beliau kembali bertanya, "Apakah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu ?" "Tidak!" jawab pemuda itu. "Apakah engkau telah membunuh orang dengan tanpa hak?" tanya Rasulullah . "tidak !" jawab pemuda itu. "Allah akan mengampuni semua dosamu, meskipun dosamu itu sepenuh tujuh langit dan bumi!" jelas Rasulullah sembari menenangkan pemuda itu. Mendengar penjelasan Rasulullah, pemuda itupun berkata, "Wahai Rasulullah, dosa saya lebih besar dari tujuh langit dan gunung yang tegak berdiri!" Beliau pun menimpali, “Apakah dosamu lebih besar dari kursi kekuasaan Allah?”. “Dosa saya lebih besar lagi !" ratap pemuda itu. “Apakah dosamu lebih besar dari Arsy?” beliau kembali bertanya. “Dosa saya lebih besar dari itu !” jawab pemuda itu. “Apakah dosamu lebih besar, ataukah Allah?” Tanya Rasulullah. “Allah tentu yang lebih besar dan lebih Agung , tapi saya malu kepadamu, Wahai Rasulullah", jawab pemuda itu. Beliaupun bersabda, "Janganlah engkau malu, beritahukan dosamu kepada saya!” pinta Rasulullah. Oleh karena beliau yang meminta, maka pemuda itupun tak kuasa untuk menolaknya. Akhirnya iapun menceritakan dosa yang telah dikerjakannya, seraya berkata “Wahai Rasulullah , sungguh saya adalah seorang pemuda pembongkar mayat dalam kubur sejak 7 tahun yang lalu. Suatu ketika ada seorang gadis putri seorang sahabat golongan Anshar yang meninggal dunia, maka saya pun membongkar kuburnya dan mengeluarkannya dari kafannya, karena tergoda bisikan syetan , saya pun menggaulinya. Tiba-tiba gadis itu berbicara, “Tidakkah engkau malu kepada Kitab Allah dan pada hari dia meletakkan kursinya” untuk memberikan hukum serta mengambil hak orang yang dianiaya dari orang yang telah menganiayanya? Mengapa engkau jadikan aku telanjang dihari penghimpunan kelak, dari orang- orang yang telah meninggal dunia? Mengapa engkau jadikan aku berdiri dalam keadaan junub diharibaan Allah? ” Mendengar cerita itu Rasulullah pun meloncat karena gusarnya . Dengan suara keras , beliau berkata, “Wahai pemuda Fasiq, keluar dan jauh-jauhlah kamu dari saya, tidak ada balasan yang pantas untukmu kecuali neraka!” Pemuda itupun keluar dengan menangis sejadi-jadinya . Ia menjauh dari khalayak ramai dan menuju kepadang pasir yang luas, dengan tidak mau makan dan minum sesuatupun, serta tidak bisa tidur sampai tujuh hari lamanya. Tubuhnyapun menjadi lemah dan lunglai, hingga iapun jatuh tersungkur dipermukaan tanah berpasir yang maha luas itu. Seraya meletakkan wajahnya dipasir sambil bersujud, ia berdoa dan meratap. “Wahai Tuhan, aku adalah hamba-Mu yang berdosa dan Bersalah. Aku telah datang ke pintu Rasul-Mu agar dia bisa menolongku di sisi-Mu. Namun ketika ia mendengar dosaku yang sangat besar, ia mengusir dan mengeluarkan aku dari pintunya. Kini aku datang kepintu-Mu, agar engkau berkenan menjadi penolongku di sisi Kekasih-Mu. Sesungguhnya engkau maha pengasih kepada hamba-hamba-MU. Tak ada lagi harapanku kecuali kepada-Mu . Kalau tidak mungkin, maka lebih baik kirimkan saja api neraka dari sisi-Mu, dan bakarlah aku dengan api itu didunia-Mu ini, sebelum aku engkau bakar diakhirat-Mu nanti!” Sepeninggal pemuda itu, Rasulullah didatangi oleh malaikat jibril , seraya berkata, “Wahai Rasulullah, Allah telah berkirim salam kepada-Mu!” Beliaupun menjawab salam Allah. Setelah itu malaikat Jibril kembali berkata, “Allah bertanya kepadamu , apakah kamu yang telah menciptakan para makhluk? ” Beliau menjawab , “Tentu saja tidak, Allah yang telah menciptakan semuanya!” “Allah juga bertanya kepadamu, Apakah kamu yang telah memberi rezeki kepada makhluk-makhluk Allah?” malaikat jibril kembali bertanya. “Tentu saja Allahlah yang telah memberi rezeki kepada mereka , bahkan juga kepadaku!” jawab beliau. “Apakah kamu yang berhak menerima taubat seseorang?” kembali malaikat jibril bertanya. “Allahlah yang berhak menerima dan mengampuni dosa hamba-hamba-Nya!’ jawab beliau. Mendengar jawaban-jawaban Rasulullah , malaikat jibrilpun berkata , “Allah telah berfirman kepadamu , “ Telah aku kirimkan seorang hamba-Ku yang menerangkan satu dosanya kepadamu, tapi mengapa engkau berpaling daripadanya dan sangat marah kepadanya? Lalu bagaimana keadaan orang-orang mukmin besok, jika mereka itu datang padamu dengan dosa yang lebih besar seperti gunung? Kamu adalah Utusan-Ku yang aku utus sebagai rahmat untuk seluruh alam, maka jadilah engkau orang yang berkasih sayang kepada orang-orang beriman dan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa. Maafkanlah kesalahan hamba-Ku, karena aku telah menerima taubatnya dan mengampuni dosanya”. Mendengar teguran Allah , Rasulullahpun mengutus beberapa orang sahabatnya untuk menemui pemuda yang pernah diusir Rasulullah itu. Akhirnya mereka menemukannya dan merekapun memberikan kabar gembira tentang ampunan Allah kepadanya. Lalu mereka membawa pemuda itu kepada Rasulullah , dan kebetulan saat mereka sampai beliau sedang mengerjakan Shalat. Maka merekapun segera bermakmum dibelakangnya. Setelah selesai membaca surat Alfatihah beliaupun membaca surat At- takasur baru saja beliau sampai ayat “ Hatta zurtumul maqabir sampai kamu masuk kedalam kubur,” maka pemuda itupun menjerit keras dan jatuh. Ketika orang-orang telah selesai Shalat, merekapun mendapati ternyata pemuda itu telah meninggal dunia. Allah berkenan menerima taubatnya dan memasukkannya kedalam kelompok hamba Allah yang shaleh. Shalattaubat dimulai dengan membaca niat, Ushalli Sunnatat Taubati Rak’ataini Lillahi Ta’ala. Artinya, Saya niat sholat sunah taubat dua rakaat karena Allah SWT. Adapun tata cara lengkap sholat taubat yang benar, antara lain: 1.Dahulukan dengan membaca niat sholat taubat nasuha. 2.Lalu, takbiratul ihram.
loading...Di antara bentuk penyesalan adalah mengakui dosa, dan tidak lari dari pertanggungjawaban dosa itu, serta meminta ampunan dan maghfirah dari Allah SWT. Foto/Ilustrasi Ist Bertaubat dengan taubat nasuha , terdiri dari beberapa unsur. Imam Al Ghazali dalam kitabnya " Ihya ulumuddin " menyebut salah satunya adalah unsur hati dan keinginan. Baca Juga Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "at Taubat Ila Allah" menjelaskan unsur dalam taubat yakni unsur jiwa, yang berhubungan dengan hati dan keinginan diri. Atau dengan kata lain emosi dan inklinasi."Dari unsur ini ada yang berhubungan dengan masa lalu, dan ada yang berhubungan dengan masa depan," yang berkaitan dengan masa lalu adalah apa ang kita kenal dengan penyesalan. Tentang ini terdapat hadis "penyesalan adalah taubat". Karena ia adalah bagian yang paling penting dari taubat. Seperti dalam hadis "Haji adalah Arafah". Karena ia adalah rukun yang paling penting dalam haji itu. Al Qusyairi mengutip dari beberapa ulama mengatakan penyesalan itu cukup untuk mewujudkan taubat. Karena penyesalan itu akan mengantarkan kepada dua rukun lainnya, yaitu tekad dan meninggalkan perbuatan dosa. "Adalah mustahil jika ada seseorang yang menyesali tindakan yang masih terus ia lakukan atau ingin ia lakukan kembali," ujar adalah perasaan, emosi atau gerak hati. Yaitu suatu bentuk penyesalan dalam diri manusia atas perbuatan dosa yang ia lakukan terhadap Rabbnya, terhadap makhluk yang lain dan bagi dirinya sendiri. Ini adalah penyesalan yang mirip dengan api yang membakar hati dengan sangat. Malah ia akan merasakannya seperti dipanggang ketika ia mengingat dosanya, sikap pelanggarannya serta hak Rabbnya atasnya. Itu adalah kondisi "terbakar di dalam" yang diungkapkan oleh sebagian kaum sufi ketika mereka mendefinisikan taubat melelehkan lemak yang terkumpul karena kesalahan masa lalu. Dan yang lain berkata ia adalah api hati yang membakar, serta sakit dalam hati yang tidak terobati! Baca Juga Al Quran telah mendeskripsikan sisi jiwa ini bagi beberapa orang yang melakukan taubat, dengan deskripsi yang amat bagus. Yaitu dalam kisah tiga sahabat yang absen dari mengikuti perang yang besar bersama Rasulullah SAW , yaitu perang Tabuk. Perang ini merupakan peperangan pertama Rasulullah SAW dengan negara yang paling kuat di dunia saat itu Romawi. Mereka tidak mengungkapkan alasan bohong seperti kaum munafik, maka Rasulullah SAW memerintahkan untuk mengucilkan mereka. Kemudian mereka menyesali perbuatan mereka itu dengan sangat, dan dilukiskan oleh Al Quran sebagai berikut"Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan penerimaan taubat mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit pula terasa oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari siksa Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". QS at-Taubah 118Oleh karena itu Dzun-Nun al Mishri berkata hakikat taubat adalah engkau merasakan bumi yang luas ini menjadi sempit karena dosamu, hingga engkau tidak dapat lari darinya, kemudian kesempitan itu engkau rasakan dalam dirimu. Seperti diungkapkan oleh al Quran "dan jiwa merekapun telah sempit pula terasa oleh mereka".Di antara bentuk penyesalan adalah mengakui dosa, dan tidak lari dari pertanggungjawaban dosa itu, serta meminta ampunan dan maghfirah dari Allah kita temukan dalam kisah Adam setelah beliau dan istirnya memakan pohon yang dilarang itu"Keduanya berkata "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". QS al A'raf 23 Baca Juga Dan seperti kita temukan dalam kisah Nuh ketika ia meminta ampunan kepada Rabbnya atas anaknya yang kafir. Dan jawaban Ilahi terhadapnya adalah"Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu yang dijanjikan akan diselamatkan, sesungguhnya perbuatannya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui hakekat nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan". QS. Huud 46
. 323 97 452 135 48 336 488 93