Sebagaiseorang mukmin, Anda wajib waspada terhadap 6 perkara penting ini. Jangan diabaikan bila ingin hidup selamat di dunia dan akhirat. Simak inti khutbah
ASSALAMUALAIKUM warahmatullahi wabarakatuh, الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَجَعَلَ لِلْوُصُوْلِ إِلَيْهِ طَرَائِقَ وَاضِحَةً وَسُبُلاً. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً نَرْجُوْ بِهَا عَالِيَ الْجَنَانِ نُزُلاً، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَقْوَمُ الْخَلْقِ دِيْنًا وَأَهْدَاهُمْ سُبُلاً، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً. أمَّا بَعْدُ Jamaah Jumat rahimakumullah, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadikan hidup dan mati, untuk menguji hamba-hamba-Nya sehingga terbedakan siapa yang paling baik amalannya di antara mereka. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi yang mulia, sayyidina Muhammad ibn Abdillah, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jalannya. Hadirin rahimakumullah, Kehidupan dunia ini ibarat tempat penyeberangan yang sedang dilalui oleh orang-orang yang hidup di dalamnya. Setiap orang akan melewati dan meninggalkannya, lalu menuju kehidupan yang sesungguhnya. Dunia ini tempat beramal dan akhirat sebagai tempat pembalasan amalan. Maka setiap orang yang beramal, dia akan melihat balasannya. Dan orang yang lalai akan menyesali perbuatannya. BACA JUGA Khutbah Jumat Cintai Rasul Hari pembalasan pasti akan datang. Maka, janganlah kita tertipu dengan gemerlapnya kehidupan dunia yang sementara ini, sehingga melalaikan dari kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti. Kaum muslimin rahimakumullah, Ingatlah, bahwa kematian adalah suatu kepastian yang akan menimpa seseorang. Kematian akan memisahkan dirinya dari keluarga, harta, serta tempat tinggalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ . نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَدَّعُونَ “Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan berbahagialah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.’ Kami adalah penolong-penolong kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalam surga kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh pula di dalamnya apa yang kalian minta.” Fushshilat 30-31 Sungguh, kita semua tentu mengharapkan kabar gembira di saat malaikat maut hendak mencabut nyawa kita. Karena dengan itu seseorang akan mengawali kehidupan bahagia di alam akhiratnya. Dimulai dengan kenikmatan di alam kuburnya dan kemudahan-kemudahan yang akan terus dialami pada kehidupan akhiratnya. Keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan ini akan dirasakan oleh orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga menerima dan menjalankan syariat-Nya. Yaitu orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan mengikuti jalan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para ulama yang mengikuti jejaknya. Adapun orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga beribadah kepada selain-Nya dan menyelisihi jalannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, serta jalan para ulama yang mengikutinya, maka dia akan merasakan siksa yang sangat pedih. Dimulai dari saat kematiannya dan begitu pula ketika berada di alam kuburnya serta kejadian-kejadian berikutnya. Jamaah jum’ah rahimakumullah, Marilah kita berlomba-lomba dalam beramal shalih dalam kehidupan yang singkat ini. Janganlah kita menjadi orang yang memiliki sifat sombong sehingga menolak kebenaran yang datang kepada kita. Begitu pula, janganlah kita menjadi orang-orang yang mendahulukan dunia dan mengikuti hawa nafsunya, sehingga berani berbicara dan mengamalkan agama tanpa bimbingan para ulama. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman فَأَمَّا مَن طَغَى . وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى “Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” An-Nazi’at 37-41 Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang beruntung, sehingga mendapatkan surga-Nya dan diselamatkan dari siksa api neraka. اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ آثَرُوا الْآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ BACA JUGA Khutbah Jumat Menjaga Amanah KHUTBAH KEDUA الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، يَقْبَلُ تَوْبَةَ التَّائِبِيْنَ، وَلاَ يُضِيْعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، فَأَوْضَحَ بِهِ الْـمَحَجَّةَ لِلسَّالِكِيْنَ، وَأَقَامَ بِهِ الحُجَّةَ عَلَى الْمُعَانِدِيْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ Ya Ma’asyiral muslimin, Ketahuilah, bahwa setiap amalan yang dilakukan oleh seseorang maka akibatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Baik itu berupa amalan kebaikan ataupun amalan kejelekan. Allah Ta’ala berfirman مَّنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِّلْعَبِيدِ “Barangsiapa mengerjakan amal yang shalih, maka pahalanya untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dosanya untuk dirinya sendiri.” QS Fushilat 46 Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang senantiasa memperbaiki dirinya dengan terus bersemangat dalam mempelajari agama dan mengamalkannya. Ketahuilah, setiap orang selama masih bernyawa dan berakal, tentu dia akan melakukan berbagai aktivitas. Maka, seseorang yang melakukan aktivitasnya untuk menjalankan ketaatan, berarti dia telah menjual dirinya kepada Allah Ta’ala dan akan diselamatkan dari siksa api neraka. Sedangkan orang yang melakukan aktivitasnya untuk berbuat kemaksiatan, maka sesungguhnya dia telah mencelakai dirinya sendiri. Hadirin rahimakumullah, Marilah kita berusaha untuk menghitung amalan-amalan kita agar menjadi orang yang senantiasa memperbaiki diri di dunia ini, sebelum datangnya hari perhitungan amalan yang penyesalan pada hari itu tidak lagi memiliki arti. Begitu pula marilah kita berusaha menjaga anggota badan kita dari melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah Ta’ala, sebelum datang hari yang pendengaran, penglihatan, dan tubuh yang lainnya akan berbicara sebagai saksi. Allah Ta’ala berfirman وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَآءُ اللهِ إِلَّى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ . حَتَّى إِذَا مَاجَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ . وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنطَقَنَا اللهُ الَّذِي أَنطَقَ كُلَّ شَىْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ “Dan ingatlah hari ketika musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka atas apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ Kulit mereka menjawab, Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai pula berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan’.” Fushshilat 19-21 Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan sejelek-jelek perkara adalah aturan-aturan ibadah baru yang tidak sesuai dengan petunjuknya. Setiap aturan yang baru dalam ibadah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya adalah di neraka. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ الدِّيْنِ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالِمِينَ. [] SUMBERKHOTBAH JUMAT
Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah menciptakan (mewujudkan) apa yang Dia kehendaki. Selaku umat yang beriman, sudahkah kita memperhatikan apa yang telah kita lakukan mempersiapkan hari esok? Sadarkah kita bahwa semua nikmat yang kita dapatkan hari ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Jangan sampai kita menyesal di saat umur kita sudah habis dan kematian sudah di depan mata, sementara kita belum berbuat apa-apa. Maka dalam khutbah Jumat yang berjudul, “Hisab Akhirat atas Kenikmatan Duniawi” ini, kita diingatkan agar tidak terlena dengan kehidupan dunia yang fana, sementara lupa akan persiapan dan pertangungjawaban akhirat. Sesungguhnya, kita di dunia tidak lama. Sebentar lagi, maut menjelang. Maka manfaatkanlah kesempatan yang ada untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan hari akhir. Untuk mencetak, silakan download di bagian atas atau bawah naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat! إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَقَالَ أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ، حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ، كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ، ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ، كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ، لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ، ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ، ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ، أَمَّا بَعْدُ Hadirin sidang Jumat rahimakumullah Puji dan syukur marilah kita sama-sama panjatkan ke Hadirat Allah swt. Zat yang tak henti-hentinya memberi nikmat kepada kita semua. Tak terkecuali nikmat taufiq dan hidayah sehingga pada kesempatan ini kita bisa melangkahkan kedua kaki dan berada di tempat mulia ini. Semoga kelak setiap langkah kita ini menjadi bukti ketaatan kita di hadapan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Habibana Muhammad saw. yang menjadi penghulu para nabi dan pelita kegelapan bagi seluruh alam. Shalawat dan salam juga semoga terlimpah kepada para sahabatnya, para tabiin, tabi tabiin, hingga kepada kita yang senantiasa mengharapkan syafaatnya kelak di akhirat. Hadirin sidang Jumat rahimakumullah Sebelum melanjutkan khutbah ini, khatib berpesan kepada diri khatib dan jamaah sekalian, marilah sama-sama meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Sebab, takwa merupakan bekal terbaik menghadapi kehidupan dunia dan akhirat, takwa yang menjadi kekuatan dalam menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Mudah-mudahan Allah menggolongkan kita sebagai hamba yang bertakwa dan taat terhadap ketentuan-Nya. Amin ya rabbal alamin. Hadirin sidang Jumat rahimakumullah Sebagaimana ayat yang dikemukakan dalam muqaddimah di atas, Allah telah menunjukkan sifat umum manusia. Lantas apa sifat umum tersebut? Yaitu lalai terhadap perintah Allah, lalai bersyukur kepada Allah, lalai menjauhi perintah Allah, lalai terhadap peringatan Allah. Mereka justru sibuk dengan perkara dunia dan lupa akan urusan akhirat. Mereka sibuk bermegah-megahan. Mereka sibuk mengumpul-ngumpul harta hingga lupa kepada hisabn akhirat. Tak heran jika mereka lupa apakah harta yang dikumpulkannya halal atau tidak. Baru mereka tersadar setelah kematian menghampiri mereka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ، حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ Artinya, “Berbangga-bangga dalam memperbanyak dunia telah melalaikanmu, sampai kamu masuk ke dalam kubur,” QS. at-Takatsur [102] 1-2. Melalui ayat ini, sesungguhnya Allah hendak memperingatkan kepada kita semua agar tidak lalai dan terlalu sibuk dengan urusan dunia sampai-sampai melupakan akhirat. Sebab, kematian pasti datang serta pertanggung-jawaban kepada Dzat Pemberi nikmat mesti kita lakukan kelak. Jangan sampai terjadi penyesalan di kemudian hari hanya karena kita terlena dengan kehidupan sementara. Kita terlalu asyik mengejar dunia yang fana. Lupa akan kehidupan kekal di akhirat. Hadirin, kita tidak dilarang mencari dunia, namun mencarinya harus dengan cara-cara yang dibenarkan Allah swt. Kita tidak dilarang mengejar nikmat, namun ingat pertanyaan tentang nikmat di akhirat. Sebab, sekecil apa pun nikmat yang kita peroleh, kelak akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Pemberi nikmat. Demikian sebagaimana yang sudah diperingatkan Rasulullah saw. dalam sabdanya لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ، عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ Artinya, “Tidak akan bergeser langkah bani Adam pada hari Kiamat di depan Tuhannya hingga ditanya ihwal lima perkara pertama, ihwal umurnya. Dipakai apa umur tersebut? Kedua ihwal masa mudanya. Dipakai apa masa muda tersebut? Ketiga dan keempatnya ihwal hartanya. Dari mana harta itu diperoleh dan dipakai apa? Kelima ihwal apa yang dikerjakan sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.” HR. at-Tirmidzi. Seperti itu pertanyaan-pertanyaan yang akan kita hadapi pada hari Kiamat. Makanya mari kita renungkan kembali sama-sama. Sudahkan kita mempersiapkan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut? Sudahkan mempergunakan umur kita dengan sebaik-baiknya? Sudahkan kita mempergunakan masa muda kita untuk taat kepada Allah? Sudahkan kita memperhatikan harta yang kita peroleh? Dari mana asalnya dan sudahkan di jalan yang diridai Allah? Sudahkah kita beramal saleh sesuai dengan yang diperintahkan Allah? Ini artinya, kita bukan dilarang mencari kekayaan, bukan tidak boleh mengejar kenikmatan dunia, namun pikirkan sebaik-baiknya pertanyaan yang akan kita hadapi kelak. Jangan sampai kita menyesal gegara kita terlalu asyik mengejar dunia hingga lupa halal dan haram, hingga lupa hisab di akhirat. Di sini kita jangan terlena dengan nikmat dunia yang fana, sebab masih ada nikmat kekal di akhirat yang harus kita perjuangkan. Ingat, kita di dunia hanya tidak lama dan sementara. Hidup ini ada akhirnya yaitu kematian. Sementara kematian merupakan awal dari pertanggung-jawaban di hadapan Tuhan. Sayangnya, kebanyakan manusia lupa akan hal ini. Makanya tak sedikit saudara kita yang mencari dunia namun lupa mencari akhirat. Banyak yang bergelimang harta namun lupa akan hak harta dan pertangungjawabannya di akhirat. Makanya sebelum terlambat, mari kita pergunakan sisa umur kita untuk memperbaiki sikap dan perbuatan kita. Kita manfaatkan kesempatan yang ada untuk beribadah kepada Allah. Sebab, yakinlah hanya ibadah dan amal saleh yang akan mengantarkan kita kepada rida Allah. Hadirin sidang Jumat rahimakumullah Walhasil kita jangan terlena sebab kita akan ditanya dengan lima pertanyaan tadi. Kira-kira sudahkah kita siap menjawabnya? Sudahkan kita memanfaatkan usia, masa muda, harta, dan beramal saleh? Belum lagi kita mempertanggungjawabkan nikmat-nikmat lainnya. Benar apa yang disampaikan Allah dalam Al-Quran ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ Artinya, “Kemudian, kamu pasti akan ditanya pada hari itu perihal kenikmatan yang mewah di dunia.” at-Taktsur [102] 8. Dan khusus untuk urusan harta, pertanyaannya ada dua yaitu dari mana harta itu diperoleh dan untuk apa harta itu dipergunakan. Sementara menjawab pertanyaan Allah tidak seperti menjawab pertanyaan manusia sewaktu di dunia. Di dunia kita masih bisa berkelit, sementara di akhirat seluruh anggota tubuh kita akan bicara dan bersaksi akan perbuatan masing-masing. Demikian seperti yang ditegaskan Allah dalam Al-Quran الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلى أَفْواهِهِمْ وَتُكَلِّمُنا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِما كانُوا يَكْسِبُونَ Artinya, “Pada hari ini Kami membungkam mulut mereka. Tangan merekalah yang berkata kepada Kami dan kaki merekalah yang akan bersaksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan,” QS. Yasin [36] 65. Oleh sebab itu, selaku umat yang beriman, jangan pernah berhenti memperhatikan apa yang telah kita perbuat untuk hari esok, yakni hari akhirat. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. Sudahkah kita taat kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya? Sudahkah kita tafakur bagaimana mempertanggung-jawabkan semua nikmat yang dikaruniakan-Nya? Apakah kita benar-benar ingin selamat dari siksa-Nya? Mari persiapkan dari sekarang. Jangan tunggu esok atau lusa. Sebab akhir hayat kita tidak ada yang tahu. Jangan pernah menunda tobat, jangan pernah menunda waktu untuk memperbaiki diri. Sebelum terlambat, lakukan sekarang. Selagi sehat, kerjakan sekarang. Selagi muda, perbuat dari sekarang. Mari kita simak lagi dengan seksama firman Allah يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat.” QS. al-Hasyr [59] 18. Maka, berhati-hatilah dalam setiap gerak gerik dan perbuatan kita. Sebab, semuanya akan terekam dalam catatan Alah. Semua nikmat-Nya manfaatkanlah sebaik-baiknya di jalan yang diridhai-Nya. Berhati-hati pula dalam mencari dan mengusahakan nikmat tersebut. Karena sidang Allah pasti nyata. Di sana kita tidak mungkin berdusta dan menyembunyikannya. Ingat, harta kita yang halalnya akan dihisab dan yang haramnya akan disiksa. Pantas Nabi Sulaiman as terlambat masuk surga gara-gara menghadapi persidangan harta yang dimilikinya. Padahal harta Nabi Sulaiman, diperoleh dari jalan halal dan dipakai di jalan yang diridai Allah. Bagaimana dengan kita yang terkadang ceroboh dalam mencari harta entah halal atau haram. Setelah didapatkan, kita lupa mensyukurinya. Kemudian, saat menggunakannya, entah di jalan yang diridhai Allah atau tidak? Simpulannya, kita jangan terlena mengejar dunia hingga melupakan syukur dan pertanggungjawabannya di akhirat. Ikuti aturan Allah jika kita ingin selamat dan meraih kebahagiaan dunia-akhirat. Manfaatkan nikmat sesuai dengan keinginan yang memberi nikmat. Jangan kita gunakan harta itu di jalan yang dapat mengundang murka-Nya. Sebab itu pula yang akan memperberat persidangan kita di akhirat. Semoga Allah senantiasa memberikan taufiq dan hidayah demi menjalani kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah. Amin ya rabbal alamin. Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
KumpulanKhutbah Jumat Nu Lengkap Pendek Terbaru. Seorang khatib atau orang yang berkhutbah ketiga diberi tugas untuk mengisi khutbah pada salah satu jum'at, pertama kali yang akan di lakukan yaitu mencari referensi untuk bahan pembahasannya baik itu melalui kitab-kitab keagamaan, al-qur'an, hadits serta referensi lain.
Jakarta - Awal tahun 2023 sejatinya seorang muslim menyusun pola kehidupan yang lebih baik dari tahun sebelumnya untuk menjalani hari-hari berikutnya. Hal-hal baik yang pernah dilakukan di tahun 2022 dapat diteruskan di tahun ini, sementara yang buruknya ditinggalkan dan dievaluasi. Salah satu hal penting yang tidak boleh dilewatkan adalah soal persiapan menuju akhirat. Sebagaimana diketahui bahwa ajaran Islam meyakini setelah kehidupan dunia akan ada kehidupan akhirat. Di akhirat kelak segala perbuatan di dunia akan dipertanggungjawabkan, kecil maupun besar. Untuk itu, penting bagi setiap muslim mempersiapkan bekal menuju akhirat. Jangan sampai kita hidup bahagia di dunia, tapi melarat di akhirat. Bunda, Yuk Coba Resep dan Cara Mudah Bikin Nasi Kebuli dengan Rice Cooker 4 Resolusi Tahun Baru 2023 dalam Perspektif Islam, Insya Allah Berkah Malaikat Israfil Bertugas Tiup Sangkakala Kiamat, Apakah Sekarang Menganggur? Namun dalam praktiknya, tidak semua muslim menyadari akan pentingnya mempersiapkan bekal menuju akhirat. Maka dari itu, mengingatkan adalah cara terbaik agar sama-sama mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat kelak. Momentum khutbah Jumat dapat dimanfaatkan oleh seorang khatib. Khatib dapat menyampaikan tema khutbah Jumat pekan ini mengenai persiapan menuju akhirat dan apa saja bekal-bekalnya. Khatib yang ingin menyampaikan tema ini dapat menggunakan teks khutbah Jumat yang ditulis oleh Athiful Khoiri, mahasiswa pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan UAD Yogyakarta. Berikut adalah teks khutbah Jumat singkat dengan materi persiapan menuju akhirat yang dinukil dari situs Khutbah Pertamaاَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Segala pujian dan sanjungan bagi Allah SwT. pemberi pertolongan dan ampunan kepada hamba-Nya yang mau menyapa-Nya. Kami memohon perlindungan-Nya dari kejahatan jiwa dan keburukan amal. Dia-lah pemberi petunjuk dan yang mampu menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, tanpa seorang pun kuasa menolaknya. Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Yang Mahaesa dan Mahakuasa, tiada sekutu apapun bagi-Nya. Dan kami bersaksi jua bahwasanya Muhammad saw. adalah hamba dan utusan-Nya. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Tidak sedikit orang, apabila mendengar berita kematian merasa cemas. Kematian dianggap sebagai kejadian yang menakutkan. Kehidupan ini seolah tidak boleh berakhir. Padahal, semua orang tahu bahwa kematian merupakan hal yang pasti haq. Semua makhluk hidup yang bernyawa, tanpa terkecuali, pasti akan mengakhiri kehidupannya. Allah SwT berfirman dalam Qs Al-Ankabut ayat 57. كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۖ ثُمَّ إِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ Artinya “Setiap yang berjiwa akan merasakan mati, kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Sebagai muslim yang taat, tentu banyak bekal yang harus dipersiapkan sebelum meniti jalan kembali ke hadirat Allah SwT. Namun dalam kesempatan ini, kita bahas tiga hal pokok. Pertama, tabungan amal sebaik mungkin selama di dunia. Dalam surat Al-Mulk ayat 1-2 Allah berfirman sebagai berikut تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ Artinya “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Mahaperkasa lagi Mahapengampun.” Apa indikator amalan yang baik? Tidak lain adalah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas, istikamah, maksimal, dan sebaik-baiknya. Baik dalam interaksi vertikal kepada Allah swt maupun secara horizontal kepada sesama manusia di muka bumi ini. Kedua, menyiapkan amalan yang terus mengalir pahalanya. Islam mengenal amal jariyah yang mengalir tanpa putus. Orang yang melakukan amalan jariyah semasa hidupnya akan mendapatkan pahala meski telah meninggal. Abu Hurairah pernah bercerita dalam sebuah hadis yang artinya, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang saleh.” Riwayat Muslim. Sedangkan yang ketiga adalah berdoa agar diberikan husnul khatimah. Di antara tanda utama husnul khatimah ialah apabila mengucap kalimat laa ilaaha illallaah di akhir hayatnya. Menurut M. Quraish Shihab salah satu indikator khusnul khatimah adalah “ketekunan melaksanakan tuntunan agama”. Allah swt berfirman yang artinya, “Janganlah kamu mati mati kecuali dalam keadaan Muslim.” QS. Ali Imran 102. Islam mengajarkan tentang kebajikan, keimanan, amal saleh, dan akhlak mulia. Manakala semua itu sudah dijalani, dan pada akhirnya yang bersangkutan menemui kematian, maka peristiwa itu tidak perlu ditakutkan. Kematian dianggap sesuatu yang biasa, lazim, atau niscaya. Kematian akan menjadi indah, jika dalam keadaan husnul khatimah. Kehidupan seperti itulah yang dicita-citakan orang-orang yang beriman selama hidupnya. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ Keduaالْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ، Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Melalui khutbah kedua ini, marilah sejenak menengadah kehadirat Allah dengan khusyuk. Semoga dalam menjalani roda kehidupan, selalu dalam naungan dan perkenan Allah SwT. Ya Allah, berikanlah kekuatan iman dan Islam kepada kami. Tuntunlah setiap langkah kami di jalan kasih-Mu. Curahkanlah segala rahmat dan karunia-Mu kepada keluarga dan anak-anak kami. Duhai Tuhan yang Mahamenetap, yang Mahaagung, dan Mahaperkasa, Engkaulah yang Mahatahu, ampunilah kesalahan kelam kami selama ini, tutupi seburuk apapun aib-aib kami, bukakan lembaran-lembaran baru nan bersih yang dapat membasuh lembaran hitam di masa lalu kami. Amin. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ، وَ الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. Saksikan Video Pilihan IniPerjuangan Relawan Pemakaman Jenazah Covid-19 di Banjarnegara* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Iamenjawab, " Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu. Ajalku ternyata semakin dekat, tetapi belum jelas juga amalku. " ( Mujalasah wa Jawahir Al-'Ilm, 1:46, Asy-Syamilah). Sudah berganti tahun harusnya kita renungkan bahwa umur kita terbatas, ajal kita semakin dekat. Yang bisa menolong kita adalah ada — Allah SWT berfirman dalam Alquran yang terjemahannya sebagai berikut “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah menciptakan mewujudkan apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” QS ath-Thalaq 2-3. Saudara-saudara seiman, Imam Ahmad dalam Musnadnya dan al-Hakim dalam al-Mustadrak meriwayatkan dari sahabat Abu Dzarr radliyallahu anhu bahwa ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam suatu ketika mulai membacakan kepadaku ayat وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّه مَخْرَجًا yang maknanya “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar” QS ath-Thalaq 2, hingga beliau selesai membacanya, kemudian bersabda يَا أَبَا ذَرٍّ، لَوْ أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوْا بِهَا لَكَفَتْهُمْ Maknanya “Wahai Abu Dzarr, seandainya semua orang mengambil ayat ini sebagai pedoman, niscaya ia cukup bagi mereka. ” Abu Dzarr berkata Maka Rasulullah mulai membacanya dan mengulang-ulangnya. Maâsyiral muslimîn hafidhakumullâh, Sebagaimana kita tahu bahwa takwa adalah menjalankan seluruh kewajiban dan menjauhi semua perkara yang diharamkan. Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas radliyallahu anhuma bahwa ia berkata وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يُنْجِهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ Maknanya “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat. ” Jadi, hadirin sekalian, takwa adalah sebab munculnya jalan keluar dari berbagai macam kesulitan di dunia dan akhirat, sebab diperolehnya rezeki dan sebab diraihnya derajat yang tinggi. Sebaliknya perbuatan-perbuatan maksiat adalah sebab terhalangnya seseorang memperoleh jalan keluar, rezeki, dan derajat tinggi di dunia dan akhirat. Al-Hakim, Ibnu Hibban dan lainnya meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ Maknanya “Sesungguhnya seseorang akan terhalang dari suatu rezeki sebab dosa yang dilakukannya. ” HR al-Hakim, Ibnu Hibban dan lainnya. Sebagian ulama mengatakan “Perbuatan dosa akan menyebabkan seseorang terhalang dari berbagai macam nikmat di dunia, seperti kesehatan dan harta, atau hilangnya berkah dari hartanya, atau menyebabkan seseorang dikalahkan dan dikuasai oleh musuh-musuhnya. Dan terkadang seseorang melakukan sebuah dosa, maka jatuhlah kedudukan dan martabatnya dari hati banyak orang atau menyebabkan ia lupa terhadap ilmunya. Oleh karena itu, sebagian orang berkata Sungguh aku mengetahui siksa dan balasan atas dosaku dari perubahan keadaanku dan kawan-kawan yang menjauhiku. ” Maâsyiral muslimîn hafidhakumullâh, Dalam lanjutan ayat di atas, Allah menegaskan وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ Maknanya “Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. ” Tawakal adalah bergantung kepada Allah semata dan mengandalkan-Nya dalam segala urusan, karena Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta segala sesuatu, pencipta manfaat dan mudarat. Tidak ada yang mengenakan bahaya dan memberikan manfaat secara hakiki kecuali hanya Allah. Apabila seorang hamba telah meyakini hal itu dan memantapkan hatinya terhadapnya serta selalu mengingatnya, maka dia akan mengandalkan Allah dan berserah diri kepada-Nya dalam urusan rezeki dan segala urusan yang lain serta akan menjauhi kecenderungan berbuat maksiat, terutama ketika berada dalam kesulitan. Imam Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim meriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab radliyallahu anhu bahwa ia berkata Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوحُ بِطَانًا Maknanya “Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian seperti Ia memberikan rezeki kepada burung. Burung-burung itu keluar di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali ke sarang-sarangnya dalam keadaan perut yang terisi penuh. ” HR Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim. Maâsyiral muslimîn hafidhakumullâh, Tawakal tidaklah bertentangan dengan melakukan sebab, ikhtiar dan usaha. Dalam Shahih Ibnu Hibban diceritakan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam Apakah aku melepas tidak mengikat untaku dan bertawakal kepada Allah?. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya اِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ Maknanya “Ikatlah dan bertawakkal-lah kepada Allah. ” HR Ibnu Hibban. Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman meriwayatkan dari pimpinan para shufi, al-Junaid al-Baghdadi radliyallahu anhu bahwa ia berkata لَيْسَ التَّوَكُّلُ الْكَسْبَ، وَلَا تَرَكَ الْكَسْبِ، التَّوَكُّلُ شَيْءٌ فِي الْقُلُوبِ Maknanya “Tawakal bukanlah bekerja atau tidak bekerja, tawakal adalah sesuatu yang adanya di hati. ” Jadi inti dari tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah dan percaya penuh kepada-Nya disertai melakukan sebab, usaha dan ikhtiar. Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman mengutip perkataan seorang ulama yang menyatakan اكْتَسِبْ ظَاهِرًا وَتَوَكَّلْ بَاطِنًا، فَالْعَبْدُ مَعَ تَكَسُّبِهِ لَا يَكُونُ مُعْتَمِدًا عَلَى تَكَسُّبِهِ وَإِنَّمَا يَكُونُ اعْتِمَادُهُ فِي كِفَايَةِ أَمْرِهِ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ Maknanya “Bekerjalah secara lahiriah dan bertawakal-lah kepada Allah secara batin. Seorang hamba meskipun bekerja, ia tidaklah mengandalkan pekerjaannya, akan tetapi dalam hal tercukupinya segala urusan, ia hanya bergantung kepada Allah. ” Maâsyiral muslimîn hafidhakumullâh, Di bagian akhir dari ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah telah menjadikan ajal bagi tiap-tiap sesuatu. Allah telah menakdirkan akhir dan ajal setiap sesuatu secara pasti sehingga tidak bisa dipercepat atau diundur. Seseorang yang mati karena dibunuh, orang yang mati sebab ditabrak mobil dan orang yang mati di atas kasurnya, masing-masing mati sesuai ajalnya, masing-masing meninggal dengan qadla` dan qadar Allah. Tidak ada seorang pun yang mati sebelum waktu yang telah Allah takdirkan baginya. Allah ta’ala berfirman فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ Maknanya “Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun” QS al A’raf 34. Allah ta’ala juga berfirman اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ Maknanya “Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh” QS an-Nisa` 78. Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. */Sumber Khutbah Jumat] Kunci Selamat Dunia Akhirat | Ustadz Ammi Nur. Baits, ST., BA. Lokasi : Masjid Ibnu Abbas Sembung, Bojonegoro Dukung Media Dakwah ANB Official Transfer Rekening BSI No Rek. 7441 899 899 a/n. Yayasan Amal Abadi Indonesia Konfirmasi Jika anda merasa video ini bermanfaat silahkan dibagikan. Jazakumullahukhoiron
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَقَالَ أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ، حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ، كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ، ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ، كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ، لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ، ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ، ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ، أَمَّا بَعْدُ Hadirin sidang Jumat rahimakumullah Puji dan syukur marilah kita sama-sama panjatkan ke Hadirat Allah swt. Zat yang tak henti-hentinya memberi nikmat kepada kita semua. Tak terkecuali nikmat taufiq dan hidayah sehingga pada kesempatan ini kita bisa melangkahkan kedua kaki dan berada di tempat mulia ini. Semoga kelak setiap langkah kita ini menjadi bukti ketaatan kita di hadapan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Habibana Muhammad saw. yang menjadi penghulu para nabi dan pelita kegelapan bagi seluruh alam. Shalawat dan salam juga semoga terlimpah kepada para sahabatnya, para tabiin, tabi tabiin, hingga kepada kita yang senantiasa mengharapkan syafaatnya kelak di akhirat. Hadirin sidang Jumat rahimakumullah Sebelum melanjutkan khutbah ini, khatib berpesan kepada diri khatib dan jamaah sekalian, marilah sama-sama meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Sebab, takwa merupakan bekal terbaik menghadapi kehidupan dunia dan akhirat, takwa yang menjadi kekuatan dalam menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Mudah-mudahan Allah menggolongkan kita sebagai hamba yang bertakwa dan taat terhadap ketentuan-Nya. Amin ya rabbal alamin. Hadirin sidang Jumat rahimakumullah Sebagaimana ayat yang dikemukakan dalam muqaddimah di atas, Allah telah menunjukkan sifat umum manusia. Lantas apa sifat umum tersebut? Yaitu lalai terhadap perintah Allah, lalai bersyukur kepada Allah, lalai menjauhi perintah Allah, lalai terhadap peringatan Allah. Mereka justru sibuk dengan perkara dunia dan lupa akan urusan akhirat. Mereka sibuk bermegah-megahan. Mereka sibuk mengumpul-ngumpul harta hingga lupa kepada hisabn akhirat. Tak heran jika mereka lupa apakah harta yang dikumpulkannya halal atau tidak. Baru mereka tersadar setelah kematian menghampiri mereka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ، حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ Artinya, “Berbangga-bangga dalam memperbanyak dunia telah melalaikanmu, sampai kamu masuk ke dalam kubur,” QS. at-Takatsur [102] 1-2. Melalui ayat ini, sesungguhnya Allah hendak memperingatkan kepada kita semua agar tidak lalai dan terlalu sibuk dengan urusan dunia sampai-sampai melupakan akhirat. Sebab, kematian pasti datang serta pertanggung-jawaban kepada Dzat Pemberi nikmat mesti kita lakukan kelak. Jangan sampai terjadi penyesalan di kemudian hari hanya karena kita terlena dengan kehidupan sementara. Kita terlalu asyik mengejar dunia yang fana. Lupa akan kehidupan kekal di akhirat. Hadirin, Kita tidak dilarang mencari dunia, namun mencarinya harus dengan cara-cara yang dibenarkan Allah swt. Kita tidak dilarang mengejar nikmat, namun ingat pertanyaan tentang nikmat di akhirat. Sebab, sekecil apa pun nikmat yang kita peroleh, kelak akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Pemberi nikmat. Demikian sebagaimana yang sudah diperingatkan Rasulullah saw. dalam sabdanya لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ، عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ Artinya, “Tidak akan bergeser langkah bani Adam pada hari Kiamat di depan Tuhannya hingga ditanya ihwal lima perkara pertama, ihwal umurnya. Dipakai apa umur tersebut? Kedua ihwal masa mudanya. Dipakai apa masa muda tersebut? Ketiga dan keempatnya ihwal hartanya. Dari mana harta itu diperoleh dan dipakai apa? Kelima ihwal apa yang dikerjakan sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.” HR. at-Tirmidzi. Seperti itu pertanyaan-pertanyaan yang akan kita hadapi pada hari Kiamat. Makanya mari kita renungkan kembali sama-sama. Sudahkan kita mempersiapkan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut? Sudahkan mempergunakan umur kita dengan sebaik-baiknya? Sudahkan kita mempergunakan masa muda kita untuk taat kepada Allah? Sudahkan kita memperhatikan harta yang kita peroleh? Dari mana asalnya dan sudahkan di jalan yang diridai Allah? Sudahkah kita beramal saleh sesuai dengan yang diperintahkan Allah? Ini artinya, kita bukan dilarang mencari kekayaan, bukan tidak boleh mengejar kenikmatan dunia, namun pikirkan sebaik-baiknya pertanyaan yang akan kita hadapi kelak. Jangan sampai kita menyesal gegara kita terlalu asyik mengejar dunia hingga lupa halal dan haram, hingga lupa hisab di akhirat. Di sini kita jangan terlena dengan nikmat dunia yang fana, sebab masih ada nikmat kekal di akhirat yang harus kita perjuangkan. Ingat, kita di dunia hanya tidak lama dan sementara. Hidup ini ada akhirnya yaitu kematian. Sementara kematian merupakan awal dari pertanggung-jawaban di hadapan Tuhan. Sayangnya, kebanyakan manusia lupa akan hal ini. Makanya tak sedikit saudara kita yang mencari dunia namun lupa mencari akhirat. Banyak yang bergelimang harta namun lupa akan hak harta dan pertangungjawabannya di akhirat. Makanya sebelum terlambat, mari kita pergunakan sisa umur kita untuk memperbaiki sikap dan perbuatan kita. Kita manfaatkan kesempatan yang ada untuk beribadah kepada Allah. Sebab, yakinlah hanya ibadah dan amal saleh yang akan mengantarkan kita kepada rida Allah. Hadirin sidang Jumat rahimakumullah Walhasil kita jangan terlena sebab kita akan ditanya dengan lima pertanyaan tadi. Kira-kira sudahkah kita siap menjawabnya? Sudahkan kita memanfaatkan usia, masa muda, harta, dan beramal saleh? Belum lagi kita mempertanggungjawabkan nikmat-nikmat lainnya. Benar apa yang disampaikan Allah dalam Al-Quran ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ Artinya, “Kemudian, kamu pasti akan ditanya pada hari itu perihal kenikmatan yang mewah di dunia.” at-Taktsur [102] 8. Oleh sebab itu, selaku umat yang beriman, jangan pernah berhenti memperhatikan apa yang telah kita perbuat untuk hari esok, yakni hari akhirat. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. Sudahkah kita taat kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya? Sudahkah kita tafakur bagaimana mempertanggung-jawabkan semua nikmat yang dikaruniakan-Nya? Apakah kita benar-benar ingin selamat dari siksa-Nya? Mari persiapkan dari sekarang. Jangan tunggu esok atau lusa. Sebab akhir hayat kita tidak ada yang tahu. Jangan pernah menunda tobat, jangan pernah menunda waktu untuk memperbaiki diri. Sebelum terlambat, lakukan sekarang. Selagi sehat, kerjakan sekarang. Selagi muda, perbuat dari sekarang. Mari kita simak lagi dengan seksama firman Allah يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat.” QS. al-Hasyr [59] 18. Maka, berhati-hatilah dalam setiap gerak gerik dan perbuatan kita. Sebab, semuanya akan terekam dalam catatan Alah. Semua nikmat-Nya manfaatkanlah sebaik-baiknya di jalan yang diridhai-Nya. Berhati-hati pula dalam mencari dan mengusahakan nikmat tersebut. Karena sidang Allah pasti nyata. Di sana kita tidak mungkin berdusta dan menyembunyikannya. Ingat, harta kita yang halalnya akan dihisab dan yang haramnya akan disiksa. Pantas Nabi Sulaiman as terlambat masuk surga gara-gara menghadapi persidangan harta yang dimilikinya. Padahal harta Nabi Sulaiman, diperoleh dari jalan halal dan dipakai di jalan yang diridai Allah. Bagaimana dengan kita yang terkadang ceroboh dalam mencari harta entah halal atau haram. Setelah didapatkan, kita lupa mensyukurinya. Kemudian, saat menggunakannya, entah di jalan yang diridhai Allah atau tidak? Simpulannya, kita jangan terlena mengejar dunia hingga melupakan syukur dan pertanggungjawabannya di akhirat. Ikuti aturan Allah jika kita ingin selamat dan meraih kebahagiaan dunia-akhirat. Manfaatkan nikmat sesuai dengan keinginan yang memberi nikmat. Jangan kita gunakan harta itu di jalan yang dapat mengundang murka-Nya. Sebab itu pula yang akan memperberat persidangan kita di akhirat. Semoga Allah senantiasa memberikan taufiq dan hidayah demi menjalani kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah. Amin ya rabbal alamin.
. 15 152 413 243 85 108 240 61

khutbah jumat selamat dunia akhirat